Saturday, November 14, 2009

Masturbasi, Cerita yang Tak Usai


Masturbasi tak akan pernah lepas dari mitos. Diyakini baik bagi kesehatan pria dan wanita. Selalu mengundang debat ketika dibenturkan dengan norma. Masturbasi akan terus menjadi cerita menarik sepajang peradaban.

Onan sedang gelisah. Ia disusruh ayahnya Yehuda untuk menikahi janda almarhum kakaknya. Onan keberatan karena ia yakin bahwa anak yang nantinya lahir akan dianggap keturunan kakaknya. Maka, Onan kemudian memutuskan untuk menumpahkan spermanya di luar tubuh janda tersebut setiap kali mereka berhubungan seksual. Dengan cara itu, janda kakaknya tidak hamil. Namun, cara itu harus berakhir tragis, karena Tuhan murka dan Onan mati.

Nukilan kisah dalam Kitab Kejadian tersebut adalah awal munculnya aktifitas seksual yang dikenal dengan istilah onani atau masturbasi. Onani yang berasal dari nama Onan tersebut, dipakai untuk menggambarkan aktifitas seksual yang ditujukan untuk memberikan kepuasan dengan memberikan rangsangan oleh diri sendiri (autoerotism) atau dapat juga saling memberikan rangsangan seksual pada alat kelamin untuk mencapai kepuasan yang dikenal dengan mutual masturbation.

Hingga sekarang aktifitas seksual seperti ini masih mengundang perdebatan, apakah layak atau tidak. Beberapa pakar seks, melihat masturbasi adalah cara mencapai kepuasan seksual yang aman, karena sudah pasti dapat terhindar dari penyakit seks menular. “Masturbasi lebih menguntungkan dari sisi kesehatan dibandingkan dengan jajan seks di lokalisasi,” kata Leila Ch Budiman, seorang konsultan psikologi seperti dikutip Kompas Online.

Masturbasi juga adalah sebuah cara untuk menghilangkan ketegangan. “Masturbasi adalah hal alamiah bagi makhluk hidup sebagai sebuah sarana untuk menghilangkan ketegangan dan pemenuhan kebutuhan seksual,” ujar Profesor Peter Lim, seorang ahli urologi kepada Newman Magazine. Faktanya menurut Lim masturbasi baik bagi kesehatan. “Selama masa kesuburan jika produksi sperma pria tidak dikeluarkan secara teratur maka kualitas sperma tersebut akan memburuk, dan hal ini tidak cukup baik bagi kesehtan seorang pria” kata Lim menjelaskan.

Penjelasan Lim ini didukung oleh hasil penelitian Graham Giles dari Cancer Council Victoria Melbourne, Australia. Kesimpulan penelitian yang dipublikasikan di Majalah New Scientist tersebut menyebutakann makin sering seorang pria melakukan masturbasi terutama di usia muda memperkecil risiko terkena kanker prostat. Kanker prostat adalah salah satu jenis kanker yang menyerang pria di atas 50 tahun. Data yang dipublikasikan menunjukan bahwa penyakit ini telah membunuh 500.000 laki-laki setiap tahun.

Para peneliti melakukan riset terhadap 2.338 pria Australia. Dari jumlah tersebut 1.079 responden telah didiagnosa menderita kanker prostat. untuk mengetahui kebiasaan seks mereka dibandingkan dengan kemungkinan terkena kanker prostat. Laki-laki yang ejakulasi lebih dari lima kali seminggu pada usia 20-50 tahun risiko terkena kanker prostat semakin kecil. Keluarnya sperma secara teratur memungkinkan kelenjar kelamin menjadi bersih dan dan tidak tersumbat.

*****

Sebuah buku berjudul Onana yang ditulis oleh Samuel August Tissot, pada pertengahan abad 18 menguraikan beragam penyakit yang dapat timbul akibat masturbasi. Gaung dari buku ini sungguh luar biasa. Sampai dengan saat ini, di masyarakat berkembang mitos bahwa masturbasi dapat menyebabkan kelumpuhan, impotensi, mandul, sampai psikosomatis.

Mitos ini sudah dianggap benar di mata masyarakat. Hal ini pula yang membuat orang kemudian ragu dan dilematis untuk mengakui secara jujur telah melakukan masturbasi. Profesor Lim kepada Newman Magazine, kembali menceritakan pengalamannya di Singapura. “Banyak pasien saya datang dan mengatakan ‘dokter saya terlalu sering masturbasi dan mengalami ejakulasi dini’,” cerita Prof. Lim.

Munculnya naggapan seperti ini di masyarakat pun tak bisa disalahkan. Aktifitas seksual seperti masturbasi masih dilihat sebagai hal yang tabu dan tak pantas dilakukan. Kelompok agamawan menilai bahwa hal tersebut adalah dosa. Kondisi ini menyebabkan mitos seputar masturbasi terus dipelihara hingga saat ini.

Mitos tentang masturbasi menurut para dokter tidaklah tepat. Bahkan menurut Dr. Paul Tan, tak hanya pria, masturbasi yang dilakukan oleh wanita yang mengarah pada orgasme adalah hal yang sehat. “Wanita yang memendam hasrat seksualnya dan membiarkan dirinya meledak tanpa orgasme menyebabkan penyumbatan kronis di daerah panggul,” kata ginekologis Peter Tan.

“Ketika seorang wanita terangsang secara seksual maka darah akan mengalir menuju daerah sekitar panggul. Jika tercapai orgasme darah akan mengalir ke sel-sel di seputar panggul,” terang dokter Tan. Ia kemudian melanjutkan, “Saat tidak terjadi orgasme, maka darah akan menumpuk dan terasa penat.” Kondisi ini menurut dokter Tan, bila berlangsung lama dapat menyebabkan wanita kehilangan libido seks.

Penasihat Singapore Planned Parenthood Association ini menolak jika ia disebutkan menyarankan seoarang wanita melakukan masturbasi. “Saya tidak sedang mengatakan bahwa wanita seharusnya bermasturbasi, tapi saya ingin menegaskan bahwa seorang wanita yang melakukan masaturbasi jauh lebih menikmati seks dari pada wanita yang firgid,” tegas Tan. Ahli ginekologi ini juga menjelaskan bahwa pilihan untuk tidak malakukan masturbasi pun adalah sebuah pilihan yang benar, karena pilihan tersebut diambil atas dasar keyakinan bahwa tindakan itu benar.

Meskipun masih terus mengundang perdebatan di kalangan pemuka agama dan tokoh masyarakat, namun pada kenyataannya masturbasi juga memberikan keuntungan tersendiri secara sosial. Hasrat seksual yang tidak kesampaian dapat memicu tindakan yang tidak sehat secara sosial, seperti pemerkosaan, kriminalitas dan bentuk-bentuk pelecehan seksual.

Pendapat para dokter yang menyebutkan bahwa masturbasi adalah hal yang baik bagi kesehatan bukanlah sesuatu yang baru. Namun, tidak serta merta membuat akatifitas seks ini kemudian menjadi sesuatu yang lumrah. Realitas bahwa manusia hidup dalam sebuah tatanan sosial dengan norma agama dan etika membuat masturbasi memunyai nilai ambivalensi.

Dan, karena sifatnya yang ambivalen maka masturbasi harus dilihat hitam putih. Melakukan masturbasi harus dilihat sebagai sebuah pilihan yang dewasa dan bertanggungjawab. Tanpa itu, orang akan terus terjebak dalam kegelisahan dan rasa bersalah, karena masturbasi akan terus menjadi perdebatan sepanjang sejarah peradaban manusia. Selalu begitu. (Christo Korohama/Manly)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home