Cerutu, Sebuah Sentuhan Kenikmatan Kelas Atas
Botanical Garden Melbourne, Senin 11 Juli 2005. Addie MS duduk di salah satu sudut taman itu. Ia mencoba membuat jarak sejenak dari kesibukannya mengerjakan sebuah proyek musik di Negeri Kanguru itu, dengan menikmati sebatang cerutu Montecristo. Di taman yang menjadi salah satu tempat favoritnya untuk bercerutu ini, ia berharap mendapatkan inspirasi untuk proyek musiknya di antara asap cerutu yang dikulum dalam mulutnya dan perlahan dihembuskan keluar lalu hilang di antara dedaunan.
Addie mungkin satu dari sedikit orang yang berusaha untuk dapat menikmati cerutu favoritnya dengan cukup bebas tanpa perlu merasa sungkan terhadap orang di sekitarnya. Hal yang disayangkan Addie adalah tempat seperti Botanical Garden tidak bisa dia jumpai di Indonesia.
Menikmati cerutu, bagi mereka yang menjadikannya bagian tak terpisahakan dari rutinitas harian, adalah merasakan sebuah sentuhan kenikmatan kelas atas. Cerutu yang untuk pertama kali ditemukan oleh Christopher Columbus ini memang banyak digilai oleh kalangan kelas atas.
Colombus terkesan dengan ritual orang Indian ketika pertama kali mendarat di Keulauan Karibia pada tahun 1482. Upacara menghirup asap dari tumpukan daun-yang kemudian diketahui sebagai daun tembakau-melalui sebuah pipa, benar-benar membuatnya tertarik. Bagi orang Indian, ritual tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indian.
Dalam perkembangannya kemudian sekitar tahun 1800-an, di Kuba tepatnya di Quelta Abajo, mulai ada kegiatan membuat ‘rokok’ dengan menggulung daun tembakau. Kegiatan inilah yang menjadi awal pembuatan rokok dan cerutu, yang sampai hari ini menjadi salah satu komoditi yang paling dicari.
Di Indonesia, pertama kali cerutu diperkenalkan oleh orang-orang Belanda. Saking gemar bercerutu, Habraken seorang pengusaha dari Negeri Kincir Angin itu membangun sebuah pabrik cerutu di Yogyakarta yang diberi nama NV. Negresco. Ketika Belanda meninggalkan Indonesia dan perusahaan tersebut dinasionalisasi, NV. Negresco berubah nama menjadi PD. Taru Martani, yang hingga kini masih terus beroperasi sebagai produsen cerutu tak hanya untuk pasar Indonesia tapi juga merambah sampai ke Eropa.
Kualitas Cerutu
Kenikmatan cerutu sangat ditentukan oleh kualitas cerutu. Dalam memilih cerutu yang bagus, sebenarnya tidak ada teknik khusus. Hampir semua penikmat cerutu punya cara sendiri untuk menilai mana cerutu yang baik dan yang kurang baik. Meski demikian secara sekilas cara yang digunakan hampir mirip.
Biasanya yang diperhatikan pertama adalah performa cerutu. Dari tampilan warna cerutu biasanya langsung ketahuan kualitasnya. Cerutu yang baik berwarna cerah, dan tanpa bercak. Setelah itu biasanya seorang pencerutu akan mencium untuk memastikan aroma cerutu. Seorang penikmat cerutu tahu betul aroma khas cerutu berkualitas.
Ada kalanya penikmat cerutu juga mendekatkan cerutu ke telinga untuk mendengarkan bunyinya. Apabila bunyi yang terdengar seperti suara dau kering diremas, berartui cerutu ini sudah tidak cukup baik.
Untuk mengetahui kualitas ada juga yang menilainya dari harga cerutu. Semakin mahal harga cerutu biasanya kualitasnya semakin bagus. Cerutu Kuba saat ini masih dijual dengan harga tinggi. Bukan rahasia lagi, bahwa kualitas cerutu Kuba adalah yang terbaik di dunia.
Cerutu terdiri dari tiga lapisan tembakau asli. Filler ( isi ) merupakan komponen terpenting. Aroma cerutu akan sangat ditentukan oleh filler yang berisi campuran beberapa jenis tembakau. Yohanes M. Kedang General Manager Taru Martani, mengungkapkan, campuran filler sangat tergantung dari tempat di mana cerutu tersebut akan dipasarkan. “Kalau cerutu akan dipasarkan di eropa maka sedapat mungkin campuran tembakau isi, bisa mewakili rasa eropa, ada european taste, begitu pun kalau hendak dipasarkan ke amerika.”
Campuran tembakau isi tersebut diikat oleh selembar daun tembakau yang sedikit kasar ( binder ), lapisan terakhir adalah pembungkus luar atau wrapper yang merupakan daun tembakau tipis dan halus. Bagian ini harus tampak bagus dan menarik. “Itu berarti cerutu tidak sama sekali mengandung kertas. Hal ini yang membedakan cerutu dengan rokok biasa. Kenikmatan aroma tembakau murni inilah yang dicari para penikmat cerutu,” kata Kedang.
Kenikmatan Cerutu
Walau kenikmatan aroma tembakau yang dicari, namun banyak penikmat cerutu akan menjalani masa pencarian sebelum menentukan cerutu favoritnya. Biasanya para penukmat cerutu akan mencari informasi sebanyak mungkin tentang cerutu di samping mencoba jenis-jenis cerutu untuk kemudian memutuskan jenis cerutu yang menjadi kesukaannya.
Hal ini diakui oleh juga oleh Addie MS. Menurut dia, setiap penikmat cigar tentu akan melewati fase pencarian itu. “ Ada saat di mana seorang pencerutu mencari tahu perbedaan cerutu sampai akhirnya dia menemukan yang terbaik,” tutur suami Memes ini. Bagi konduktor kondang ini pencariannya berakhir ketika ia jatuh cinta pada Montecristo No.4. “Kalau kita sepakat untuk membuat perbandingan maka mungkin tak jauh beda dengan orang pacaran, pada akhirnya hanya satu yang dikawini,” katanya.
Menurut Yohanes M. Kedang, cerutu berbeda dengan rokok biasa. Pencerutu biasanya menikmati cerutu hanya sampai di mulut, kemudian asapnya dihembuskan keluar. “Asap cerutu dikulum di mulut lalu dihembuskan keluar. Bercerutu itu bukan smoking cigar, tapi enjoying cigar,” kata Kedang. Kenikmatan bercerutu itulah yang penting, meskipun bagi yang tidak terbiasa aromanya bisa membuat pusing.
Cerutu selalu membuat para penikmatnya merasa memiliki perasaan tertentu. Seorang penikmat cerutu dapat saja merasa menjadi lebih macho bahkan mungkin merasa lebih manly dengan sebatang cerutu di sela-sela jarinya. Hal ini bisa saja muncul karena image umum yang tertanam di benak orang bahwa cerutu selalu berhubungan dengan lelaki jagoan atau seorang Don dalam jaringan mafia.
Selain itu, menikmati cerutu sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Dengan harga yang beberapa kali lipat dari rokok biasa, sudah pasti cerutu hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu.
Aroma cerutu yang tidak akrab di hidung semua orang, membuat para penikmat cerutu mencari tempat yang cukup nyaman dan tidak cukup mengganggu orang lain. Gunarwan Tenardi, salah seorang penikmat cerutu bercerita betapa dia sangat kesulitan mencari tempat untuk menikmati cerutu tanpa mengganggu orang lain saat dirinya berkunujung ke Bandung beberapa waktu lalu. “Waktu nyigar saya diperhatikan sama orang di sekitar. Saat itu baru saya sadar ternyata mengganggu,” kata General Manager Churchill Cigar House.
Keterbatasan tempat untuk dapat merasakan sensasi kenikmatan cerutu itulah yang membuat para penikmat cerutu membentuk komunitasnya sendiri. Biasanya mereka mengunjungi klub-klub cerutu di hotel-hotel berbintang. Di klub-klub itulah mereka memuaskan keinginan mereka untuk bercerutu dengan nyaman.
Selain menikmati cerutu di lounge cerutu hotel berbintang, para penikmat cerutu sering juga mengadakan cigar dinner atau cigar gathering di hotel-hotel berbintang. Ajang ini bisa dipakai oleh para penikmat cerutu untuk memperkenalkan koleksi terbaru cerutu sampai obrolan keseharian seputar masalah politik dan ekonomi, tentu saja obrolan ringan. Para pencerutu biasanya memilih wine sebagai teman kala menikmati cerutu, diiringi alunan lembut musik jazz Dalam acara ini menurut Addie MS, biasanya penyelenggara mengundang para cigar roller dari Kuba untuk unjuk kebolehan kepada para penikmat cigar.
Di antara kesibukannya yang tinggi Addie mengaku berusaha untuk bisa hadir di acara seperti itu. ”Selain kenikmatan dalam bercerutu, dalam acara seperti ini, saya bisa bersosialisasi dengan orang lain di luar dunia yang saya geluti selama ini,” papar Addie.
Menikmati cerutu bagi sebagian besar pencerutu adalah menikmati sebuah sentuhan seni tersendiri. Ada ritual tertentu yang biasa mereka lewati mulai dari mengambil cerutu dari box, memeriksa performa cerutu, sampai menyalakannya. Menyalakan cerutu pun tidak bisa sembarangan menggunakan korek api karena belerangnya dapat menghilangkan aroma nikmat cerutu.
Tak hanya sampai di situ. Menghisap asap cerutu, mengulumnya di mulut kemudian menghembuskannya keluar punya seni tersendiri. Begitu pun cara mematikan cerutu mempunyai seni sendiri. Para penikmat cerutu meyakini untuk mendapatkan kenikmatan sempurna dalam bercerutu, tiap tahapan ini harus dilewati dengan baik.
Rutinitas kerja setiap hari akan terasa membosankan bila kita tak mencoba untuk sekadar keluar dari kesibukan tersebut. Menikmati cerutu, boleh jadi adalah sebuah cara untuk menghindar sementara dari kepenatan kerja. Tariklah cerutu dalam-dalam dan biarkan sejenak fantasi anda menari-nari di antara kenikmatan aroma cerutu. Sejenak anda akan dibuai oleh kenikmatannya. Boleh percaya, boleh tidak, tapi ada sebuah kepercayaan para penikmat cerutu, “To smoke is human, to smoke cigar is divine.” Anda berminat ?. (Christo Korohama/Manly)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home